isiantar.com — Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi di kota Siantar periode April 2019 mengalami kenaikan drastis.
Jika pada bulan Maret inflasi berada di angka 0,27%, di bulan April menjadi 1,03%.
Tentang tingginya angka inflasi di Siantar — yang bahkan beberapa kali lebih tinggi dari tingkat inflasi secara nasional — sempat juga disinggung salah seorang anggota DPRD, Kennedy Parapat, dalam rapat kerja dengan pemko beberapa waktu lalu.
Menurutnya, tingginya inflasi di kota ini disebabkan sempitnya lahan pertanian yang kemudian diperparah oleh banyaknya bangunan didirikan di atas lahan tersebut. Dan kondisi itu bersinggungan pada aspek lemahnya kapasistas kemampuan dalam pengelolaan kota. Sehingga kota ini bahkan tidak mampu untuk sekedar memenuhi 20% dari total kebutuhan pangan masyarakatnya.
“Salah satu penyebab tingkat inflasi kita adalah adalah tingkat ketahanan pangan yang jebol, tingkat inflasi kita tinggi dari ketahanan pangan. Karena apa? kebutuhan pangan kita tidak terpenuhi oleh lahan pangan kita,” ungkap Kennedy.
Secara defenisi, inflasi adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus.
Menurut Rahardja (1997:32), inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Namun kenaikan harga ada yang dikatakan sebagai inflasi, ada juga yang tidak. Ketika harga barang yang naik cuma satu dua buah saja, itu tidak disebut dengan inflasi, melainkan strategi seorang penjual untuk mendapatkan keuntungan dari produk yang dijualnya.
Sementara bila kenaikan harga ini saling mempengaruhi harga barang lainnya dan terjadi terus-menerus, maka disebut inflasi. Dan kondisi ini akan banyak mempengaruhi pada perekonomian suatu bangsa. [nda]
Baca juga:
Uang Rp100 Tak Laku di Siantar? Ini Kata Kepala Perwakilan BI