isiantar.com – Di salah satu titik paling strategis di Kota Siantar, di tengah perempatan makam pahlawan, berdiri sebuah monumen yakni monumen Wahana Tata Nugraha (WTN).
Monumen ini dibangun di akhir 90-an sebagai wujud kebanggaan setelah pada tahun 1996 Siantar berhasil mendapat penghargaan WTN dari pemerintah pusat karena dinilai berhasil melakukan penataan transportasi publik dengan baik.
Setelah tahun 1996 itu, meski tidak beruntun, Siantar masih sempat beberapa-kali meraih kembali WTN. Yang terakhir adalah di tahun 2010 lalu.
“Itu waktu saya Kepala Dinas, kebetulan waktu itu walikota baru dilantik dan sedang sibuk, jadi saya langsung yang berangkat ke Jakarta untuk menerimanya (penghargaan WTN) dari Presiden SBY,” kata mantan Kepala Dinas Perhubungan, Victor Sirait, diwawancarai di kawasan Jalan Gereja, Senin (22/10).
Karena posisinya sangat strategis, setiap orang yang pernah ke pusat kota dari arah Jalan Medan pasti pernah melihat Monumen WTN.
Tapi, anehnya bagi awam, monumen ini lebih sering disebut tugu UNION — nama salah satu merk produk rokok — sebab adanya tulisan “UNION Filter” dengan ukuran huruf yang jauh lebih besar dan mencolok dibanding tulisan “WAHANA TATA NUGRAHA”.
Ketika diwawancarai sore itu Victor dengan terbuka menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait WTN. Selain bangga karena terbukti mempertanggungjawabkan tugas diamanahkan, ada juga kompensasi lain yang didapat kota peraih WTN yaitu kucuran dana stimulus dari pemerintah pusat yang nilainya cukup besar.
(Baca juga: Di Siantar, Serapan Dana Pembangunan Minimal tapi Perjalanan Dinas Maksimal )
Disebutkannya salah satu indikator untuk memperoleh WTN yakni balai pengujian kendaraan bermotor (Uji KIR) yang harus berjalan layak sesuai standar. Jika tak memenuhi standar, akan gagal memperoleh WTN. Dan kesimpulan lain yang bisa ditarik dari sebuah kota yang tak memperoleh WTN adalah, asap knalpot-knalpot kendaraan yang ada di kota tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan.
Perlu Evaluasi Monumen WTN
Setelah tahun 2010 itu, terhitung sudah 8 tahun Siantar tak lagi meraih WTN. Hal ini membuat beberapa pihak menilai pemko perlu mengevaluasi monumen/tugu UNION yang terletak di tempat yang sangat strategis itu agar tidak terkesan sebagai bentuk pembohongan publik. Serta untuk meminimalisir kerugian yang mungkin ditimbulkan, sebab secara visual, banyak yang menilai tugu tersebut terkesan lebih bermuatan iklan rokok.

Kepala Dinas Pendapatan, Adiaksa Purba, ketika diwawancarai pertengahan 2016 lalu, mengatakan, pemuatan merk “UNION Filter” tersebut sama sekali tidak dibebankan pajak iklan dengan alasan karena produsen produk rokok tersebut ikut berkontribusi dalam pembangunan monumen itu belasan tahun lalu. Meski menurut informasi dari salah satu pejabat di dinas itu, bahwa sebenarnya persoalan apakah pemuatan merk itu akan dikenakan pajak atau tidak, masih di terus menjadi pembahasan. [nda]
Baca juga:
Ternyata Royalti Diterima Pemko Siantar dari Ramayana Cuma Seharga Sewa Ruko