Siantar — Diperkirakan lebih dari 70 persen produk makanan dan bahan makanan yang beredar di kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Kandungan seperti ini tak lagi hanya pada jenis mie, bakso, dan lontong. Tapi juga sudah ada pada ikan, buah-buahan, bahkan rempah-rempah yang jadi bahan baku untuk mengolah makanan di setiap rumah tangga.
Penelurusan isiantar.com di lapangan menemukan, di kalangan pedagang, sebagian besar mereka telah mengetahui soal bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan ini. Tapi oleh pertimbangan supaya dagangan mereka tampak lebih menarik dan tidak cepat basi, mereka cenderung tetap memilih bahan seperti ini untuk diolah menjadi makanan yang akan mereka dagangkan.
Untuk rempah-rempah, seperti merica, ketumbar, dan kapulaga, bahkan kebayakan produk yang beredar kini disebut sudah terlebih dulu dicuci dan direndam dengan pengawet sejenis kaporit. Pencucian dengan kaporit ini disebut membuat tampilan rempah-rempah menjadi terlihat lebih menarik, dan lebih disukai oleh para pembeli.
“Ibu-ibu yang belanja untuk rumah tangga pun lebih sukanya yang (sudah dicuci kaporit) seperti ini, karena nampak lebih putih dia, lebih segar,” kata seorang narasumber, Minggu (16/11/2020).
Menurut sumber yang juga seorang pedagang rempah-rempah di Pasar Dwikora ini, 70 persen makanan yang beredar di kota Pematangsiantar sudah mengandung bahan pengawet yang berbahaya tersebut. Seperti formalin dan boraks, yang dicampur dengan jenis-jenis bahan makanan tertentu. Alasannya sama, agar dagangan tampak lebih menarik dan tidak cepat basi. Atau karena bahan makanan seperti itu tampak lebih segar di mata konsumen awam.
“Kalau untuk pembeli yang baru kita jelaskannya sama orang itu, ‘kalau yang ini seperti ini (pakai pengawet), kalau yang itu murni,’ tapi tetap ajanya yang mereka beli yang pakai pengawet. Karena mereka pikir yang tak berpengawet itu yang sudah busuk itu (karena warnanya cenderung kusam, red), padahal tidak, itu yang bagus,” ungkap sumber.
Bahan Pengawet Berbahaya Beredar Bebas
Hal senada juga diungkapkan oleh narasumber lain yang beraktifitas di Pasar Horas.
Sumber yang juga seorang pedagang ini bahkan mengatakan jika bahan-bahan pengawet berbahaya tersebut diperdagangkan bebas di kota ini. Hingga sesungguhnya ada beberapa pedagang yang mencampurkan sendiri bahan pengawet tersebut dengan makanan yang akan didagangkannya. Dan pedagang seperti ini jumlahnya terbilang banyak.
“Formalin, boraks, ada lagi yang lain, gampangnya itu didapat. Banyaknya yang jual itu. Artinya bebas tapi gak bebas-bebas kali lah. Ya pastilah orang itu tengok-tengok orangnya juga. ‘O, si ini yang jualan di sana, kasih. Yang ini jualan di sana, kasih’. Kalau kayak abang nya yang datang memang ya mungkin gak dikasih,” bebernya soal peredaran bahan-bahan pengawet berbahaya tersebut.
Menurutnya, persentase makanan yang mengandung bahan pengawet yang berbahaya yang beredar di kota ini bahkan sudah sekitar 80 persen.
“Apa lagi rupanya yang gak pakai (pengawet)? Pewarna-pewarna itukan (sebagian) ada pengawetnya juga itu. Tinggal nasi sama air putihlah kurasa yang belum berpengawet,” kata sumber. [nda]