Siantar — Keturunan Raja Siantar dan Pemangku Adat Cendikiawan Simalungun (PACS), memprotes konsep perayaan hari jadi kota Pematangsiantar tahun 2025 yang telah disusun oleh Pemko Pematangsiantar.
Protes ini bermula dari kegiatan Rapat Persiapan dan Pembentukan Panitia Peringatan Hari Jadi ke-154 Kota Pematangsiantar, yang digelar di gedung Balai Kota, pada Rabu 13 Maret 2025 lalu.
Dalam rapat yang dipimpin oleh Wakil Walikota itu, Pemko ternyata bukan membentuk susunan kepanitiaan, melainkan menyampaikan susunan panitia yang telah mereka tetapkan. Dan dalam susunan yang telah ditetapkan itu, ditemukan beberapa kesalahan yang dianggap fatal.
Misalnya perihal kepanitiaan untuk kegiatan Ziarah dan Haul Raja Siantar.
Tn. H Rudi Damanik, Ketua Hasusuran Raja Siantar, mengatakan, seharusnya Pemko memahami bahwa yang paling berkompeten dalam kepanitiaan Ziarah dan Haul tersebut adalah hasusuran (keturunan) langsung dari Raja Siantar. Namun, di dalam kepanitiaan yang dibentuk sepihak itu, yang justru dimasukkan ke dalam susunan panitia itu adalah Ihutan Bolon dan Yayasan Raja Siantar.
Ia menjelaskan, bahwasanya Ihutan Bolon adalah kumpulan marga Damanik — yang belum tentu keturunan dari Raja Siantar. Sehingga, lembaga tersebut tidak sepatutnya didahulukan untuk menjadi panitia di kegiatan Ziarah dan Haul Raja Siantar, dibandingkan Hasusuran Raja Siantar.
“Kalau Ihutan Bolon, itu adalah kumpulan marga-marga, siapapun bisa di Ihutan Bolon jika dia bermarga Damanik. Tapi kalau Ihutan Bolon belum tentu bisa masuk ke dalam Hasusuran,” terang Rudi Damanik saat menggelar konferensi pers bersama dengan PACS, di Sobat Jalan Adam Malik, Senin (17/3/2025).
Rudi Damanik kemudian semakin menunjukkan ekspresi kekesalannya saat mengulas keberadaan Yayasan Raja Siantar di panitia kegiatan tersebut. Dikatakannya, dalam yayasan itu bahkan ada pengurus yang bukan orang Simalungun.
“Inilah yang sebenarnya saya sesalkan, terlalu maju. Coba dipikir, tidak ada urusan yayasan di situ. Yang berperan aktif harusnya Hasusuran, keturunannya (Raja Siantar),” tukasnya.
Minta Nama Acara “Hiburan Rakyat” Diganti
Selain protes terhadap kepanitiaan untuk Ziarah dan Haul, Pemko juga dianggap perlu untuk merubah nama acara “Hiburan Rakyat” pada peringatan Hari Jadi Kota Pematangsiantar nanti, dengan nama yang lebih melekat dengan nuansa kearifan lokal.
Pengurus PACS, Lisman Saragih, mengatakan pihaknya menilai nama acara “Hiburan Rakyat” tidak mengandung nuansa kearifan lokal. Sehingga Pemko sebaiknya merubah nama kegiatan tersebut menjadi semisal “Pesta Rondang Bintang” yang erat dengan nuansa dan budaya Simalungun.
Walaupun saat hari jadi nanti bukanlah masa panen sebagaimana waktu perayaan Pesta Rondang Bintang, katanya, namun tujuannya sama yakni untuk memberikan penghiburan bagi masyarakat khususnya bagi muda-mudi.
“Kalau pun bukanlah masa panen sekarang ini, tentunya kita berniat memberikan penghiburan kepada masyarakat. Inilah kesempatan bagi masyarakat terutama pada kami komunitas Simalungun, untuk mewujudkan cita-cita kami selama ini, bahwa di Siantar ini sudah seyogianya dibuat satu kegiatan hiburan rakyat melalui seni (yang berakar pada kearifan lokal),” kata Lisman.

Seandainya pun nanti nama Pesta Rondang Bintang itu dinilai kurang tepat oleh Pemko, PACS siap berdiskusi dan memberikan beberapa konsep nama lain, ataupun bahan-bahan yang akan dilakukan di dalam kegiatan untuk menghibur masyarakat dimaksud.
“Jangan nanti kesannya itu melenceng dari kearifan lokal. Kalau itu tidak dibuat yang menyentuh kearifan lokal Simalungun, tentunya kami akan merasa tersinggung. Tersinggung dalam arti seakan-akan menyepelekan kearifan lokal budaya Simalungun,” paparnya.
Hal itu diamini dua pengurus PACS yang mendampinginya yakni Japaten Purba Dasuha dan Rohdian Purba.
“Intinya kami minta untuk kegiatan di sini adalah kearifan lokal Simalungun. Karena ini adalah tanah leluhurnya Simalungun, dan juga sudah memakai motto Sapangambei Manoktok Hitei,” tegas Rohdian. (nda)