isiantar.com – Selain memastikan ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, dan kelancaran distribusi, Tim Pengendalian dan Pemantauan Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematangsiantar harus menjalankan strategi komunikasi yang lebih efektif dengan intensif yang dikenal dengan istilah Komunikasi Ekspektasi. Hal ini diperlukan agar bisa mengelola laju inflasi dengan baik.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Pematangsiantar, Elly Tjan, strategi komunikasi dimaksud diarahkan untuk mengantisipasi kekhawatiran publik pada pasar dalam konteks supply and demand.
“Sehingga publik mengerti, tidak perlu belanja berlebihan. Karena masalah inflasikan masalah supply and demand. Kalau tetap, demand-nya lebih maka harga bisa naik, dan sebaliknya. Makanya perlu komunikasi kepada publik supaya mereka paham bahwa ‘oh, pasokan cukup, gak perlulah banyak belanja. Dan harga tidak akan naik’,” ungkap Elly Tjan saat diwawancara, Rabu (16/8/2017).
Menurut Elly Tjan, tanpa menampik data BPS yang menunjukkan tingkat inflasi di Pematangsiantar berkali-kali lebih tinggi dibanding inflasi secara provinsi bahkan nasional, dalam tiga tahun terakhir pantauan BI tingkat inflasi di kota ini sudah cenderung menurun.
“Selama ini kita kan tahu kalau lebaran atau natalan harga-harga naik, tapi lebaran kemarin tingkat harga cukup stabil. Artinya apa? Masyarakat sudah mulai paham bahwasanya mereka cukup berbelanja secukupnya, tidak perlu belanja berlebih, dan para pedagang juga tidak perlu melakukan tindakan di luar kewajaran,” jelasnya sembari menekankan komunikasi ekpektasi harus tetap dilakukan dengan baik. [nda]