Siantar — Desain pembangunan jalan tol di Sumatera Utara oleh pemerintah pusat memunculkan kekhawatiran banyak kalangan akan membuat Siantar jadi kota mati. Letak pintu tol yang berada di wilayah kabupaten Simalungun, dinilai akan memberi dampak kurang baik untuk Siantar sebagaimana yang menimpa kawasan Pasar Bengkel, Kabupaten Sergai.
Calon Walikota Siantar, Asner Silalahi, tidak menafikan kekhawatiran tersebut. Menurutnya kekhawatiran itu cukup beralasan dan disertai dengan bukti-bukti empiris. Namun ia memastikan kondisi seperti itu tidaklah serta-merta atau otomatis, sebab realitanya akan berbeda jika kota tersebut dikelola oleh orang yang berpengalaman, peduli, dan punya gagasan inovatif.
Asner melihat, hadirya jalan tol Medan – Parapat justru akan membuat Siantar menjadi sentral bagi banyak daerah di sekitarnya. Siantar akan menjadi kota yang mudah dan cepat dijangkau berbagai daerah, baik daerah industri maupun pariwisata.
Contohnya, waktu tempuh dari Medan nantinya diperkirakan tidak lewat dari satu setengah jam. Dan dari kawasan wisata Danau Toba nantinya cuma sekitar dari 30 menit. Dengan waktu tempuh yang semakin cepat ini, maka Siantar potensial menjadi kota permukiman.
“Kota ini sangat strategis menjadi daerah nyaman jadi tempat tinggal karena kemana-mana dekat,” kata Asner, Kamis (5/11) saat diwawancarai wartawan.
Sebagai sosok berpengalaman dalam perencanaan kota, dan juga pernah memperoleh penghargaan Satya Lencana dari Presiden di Tahun 2013 dan Tahun 2018, dan penghargaan Satuan Kerja Terbaik dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga di Tahun 2017, Asner Silalahi telah menyiapkan program-program atas kondisi tersebut.
Pertama, kata Asner, merampungkan site-plan kota secara matang agar peruntukan setiap lahan sesuai dengan tuntutan kebutuhannya. Salah satu titik fokus untuk ini adalah menciptakan semua kawasan permukiman atau perumahan yang nyaman sebagai tempat bermukim.
“Siantar sudah punya potensi itu. Rata-rata permukiman memiliki penataan yang baik. Contohnya kawasan perumahan di Kelurahan Kristen, Siopat Suhu, Sigulang-gulang dan lainnya. Hanya sedikit yang kumuh tapi bisa kita benahi,” jelasnya.
Kemudian kondisi-kondisi yang potensial itu harus dipertahankan untuk melakukan pembangunan selanjutnya. Dengan tujuan jelas, yakni agar pelaku usaha di daerah lain tertarik bermukim di Siantar. Seperti pelaku industri dari kota Medan dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun.
“Orang yang tinggal di kota (Siantar) ini (nantinya) sangat mudah menjangkau daerah industri, dan juga mudah menjangkau daerah pariwisata,” paparnya.
Aspek-aspek lain juga harus terus ditata dan diperbaiki. Seperti penyediaan ruang terbuka hijau, ruang bermain atau berinteraksi bagi warga, dan juga ruang bagi pejalan kaki.
“Seiring itu, di Siantar akan bertambah usaha kecil, menengah, hingga usaha besar,” ucapnya yakin. [PR/nda]
Baca juga:
Populasi Penduduk Siantar Minus; antara Keberhasilan KB dan Ancaman Ekonomi