Siantar — Sejumlah ruas jalan di kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, per September 2019, dalam kondisi memprihatinkan. Banyak badan jalan yang terkelupas dan berlubang, yang diantaranya berlubang cukup dalam dan tergenang air. Hal itu membuat warga di kota ini khawatir akan keselamatan walikotanya beserta jajarannya.
Kehawatiran itu salah satunya disampaikan Hottua Sinaga, salah seorang warga yang prihatin dengan banyaknya jalan berlubang tersebut. Padahal, seingatnya, diantara jalan-jalan itu, ada yang belum genap setahun diperbaiki dari lubang sebelumnya yang diameternya belum sebesar saat ini.
“Ya makanya kita memohon agar walikota, wakil walikota, sekda dan jajaran-jajarannya supaya berhati-hati jika melintasi jalanan di kota ini. Karena banyak ruas jalan yang sedang berlubang. kita inikan sebagai masyarakat nggak mau mereka kenapa-kenapa, karena masyarakat kan sangat membutuhkan mereka sebagai pejabat.
Apalagi itu jalan yang persis di depan rumah dinas walikota itu pun kulihat sudah terkelupas lagi, udah kopek-kopek itu, dan itu pasti sering dilintasi walikota dan pejabat-pejabat, makanya kita sangat khawatir” kata Hottua, Senin (16/9).
Lepas dari kekhawatirannya itu, di sisi lain Hottua juga mengaku bingung mengapa tradisi gotong-royong yang dulu sering tampak di kota ini, seperti masyarakat yang beramai-ramai menutupi jalan berlubang dengan tanah dan bebatuan, kini tidak tampak lagi. Padahal menurutnya, gotong-royong seperti itu sekarang ini sangat dibutuhkan untuk memastikan kenyamanan berlalu-lintas khususnya bagi para pejabat.
Ditanya, apakah aktifitas menutupi lubang jalan oleh masyarakat seperti yang dikatakannya itu bukannya sebuah bentuk sindiran bagi pemerintah? Hottua menjawab bukan.
“Itu bukan sindiran. Itu artinya, masyarakat paham bahwa bisa saja ada kesibukan lain yang sedang dipikirkan atau dikerjakan pejabat-pejabatnya. Jadi pejabat itu berat loh, apalagi dengan munculnya dunia maya sekarang yang bisa membuat fokus dan orientasi kita ke-distract(terbagi, red), belum lagi kalau sedang ada kasusnya. Jadi bukan sindiran itu, itu bentuk apresiasi,” kata Hottua mengakhiri. [nda]